Softskill Etika Bisnis
Nama
: Nisma Wati
Npm
:
15211191
Kelas : 4EA27
I
PENDAHULUAN
TEORITIKA ETIKA BISNIS
1. TEORI PENGERTIAN ETIKA
Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat, Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik
pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg
baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari
satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yg lain.
Menurut Suhardana (2006)dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana (2009:
127-128) istilah lain dari etika adalah susila, su artinya baik, sila artinya
kebiasaan. Jadi susila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia
yang baik.
Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005) dalam Sukirno Agus dan I Cekik
Ardana (2009: 127-128) etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar dan
salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak
berkaitan dengan hubungan 14 kemanusiaan yang fundamental, bagaimana kita
berpikir dan bertindak kepada orang lain dan bagaimana kita inginkan meraka
berpikir dan bertindak terhadap kita.
o Norma Umum
Norma
memberi pedoman tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara
baik dan tepat, sekaligus menjadi dasar bagi penilaian mengenai baik buruknya
perilaku dan tindakan kita. Norma umum terdiri dari :
a)
Norma Sopan santun / Norma Etiket
adalah norma yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah dalam
pergaulan sehari-hari
b)
Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya
secara tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan
dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Norma hukum ini mencerminkan harapan, keinginan dan keyakinan seluruh
anggota masyarakat tersebut tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang
baik dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur secara baik
c)
Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku
manusia sebagai manusia. Norma moral ini menyangkut aturan tentang baik
buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai
manusia.
Ada beberapa ciri utama yang membedakan norma
moral dari norma umum lainnya (kendati dalam kaitan dengan norma hukum
ciri-ciri ini bisa tumpang tindih) :
ü
Kaidah moral berkaitan dengan hal-hal yang mempunyai atau yang dianggap
mempunyai konsekuensi yang serius bagi
kesejahteraan, kebaikan dan kehidupan manusia, baik sebagai pribadi
maupun sebagai kelompok.
ü
Norma moral tidak ditetapkan dan/atau diubah oleh keputusan penguasa
tertentu. Norma moral dan juga norma hukum merupakan ekspresi, cermin dan
harapan masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Berbeda dengan
norma hukum, norma moral tidak dikodifikasikan, tidak ditetapkan atau diubah
oleh pemerintah. Ia lebih merupakan hukum tak tertulis dalam hati setiap
anggota masyarakat, yang karena itu mengikat semua anggota dari dalam dirinya sendiri
ü
Norma moral selalu menyangkut sebuah perasaan khusus tertentu, yang oleh
beberapa filsuf moral disebut sebagai perasaan moral (moral sense)
o Teori Etika Deontologi
Istilah
deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban.
‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’,
deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.
Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan
deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah
satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
(1)
Supaya tindakan punya nilai
moral, tindakan ini harus dijalankan
berdasarkan kewajiban
(2)
Nilai moral dari tindakan
ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu
sudah dinilai baik
(3)
Sebagai konsekuensi dari
kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan
sikap hormat pada hukum moral universal
o Teori Etika Teleologi
Dari kata
Yunani, telos = tujuan, Mengukur
baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
D
Dua aliran etika teleologi :
(1)
Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan
dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan
dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah
mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung
menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
(2)
Utilitarianisme
Berasal dari
bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat itu harus menyangkut bukan saja
satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka
pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the
greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Utilitarianisme , teori ini cocok
sekali dengan pemikiran ekonomis, karena cukup dekat dengan Cost-Benefit Analysis. Manfaat
yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit
dan debet dalam konteks bisnis. Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua
macam :
a.
Utilitarianisme Perbuatan (Act
Utilitarianism)
b.
Utilitarianisme Aturan (Rule Utilitarianism)
Prinsip dasar
utilitarianisme (manfaat terbesar bagi jumlah orang terbesar) diterpakan pada
perbuatan. Utilitarianisme aturan membatasi diri pada justifikasi aturan-aturan moral.
2. BISNIS SEBUAH PROFESI ETIS
Bisnis, bisa menjadi sebuah
profesi etis, bila :
a.
Ditunjang
oleh sistem politik ekonomi yang
kondusif
- aturan yg jelas dan fair
- kepastian keberlakuan aturan tersebut
- aturan hukum yg mengatur kegiatan bisnis
- sistem pemerintahan yg adil dan efektif
b.
Prinsip-prinsip
etis untuk berbisnis yang baik
o Etika Terapan
Secara umum Etika dibagi menjadi :
a.
Etika Umum
Etika Umum
berbicara mengenai norma dan nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia
untuk bertindak secara etis, bgmn manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika, lembaga-lembaga normatif dan semacamnya.
Etika sebagai Refleksi adalah pemikiran
moral.
Etika sbg refleksi krisis rasional meneropongi
dan merefleksi kehidupan manusia dg mendasarkan diri pada norma dan nilai moral
yg ada di satu pihak dan situasi khusus dari bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yg dilakukan setiap orang atau kelompok orang dlm suatu masyarakat.
Dalam etika
sebagai refleksi kita berfikir tentang apa yang dilakukan dari khususnya tentang apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Etika sebagai
refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang. Etika dalam arti
ini dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah
b.
Etika Khusus
Etika Khusus
adalah penerapan prinsip-prinsip atau norma-norma moral dasar dalam bidang
kehidupan yg khusus.
Etika
Khusus dibagi menjadi 3 :
a.
Etika Individual
Etika Individual
lebih menyangkut kewajiban dan sikap manusia thd dirinya sendiri.
b.
Etika Sosial
Etika Sosial
berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan pola perilaku manusia sbg
makhluk sosial dlm interaksinya dg sesamanya.
c.
Etika Lingkungan hidup
Etika Lingkungan Hidup,
berbicara mengenai hubungan antara manusia baik sbg kelompok dg lingkungan alam
yg lbh luas dlm totalitasnya, dan jg hubungan antara manusia yg satu dg manusia
yg lainnya yg berdampak langsung atau
tdk langsung pd lingkungan hidup scr keseluruhan.
Etika Lingkungan dapat berupa :
-
Cabang
dr etika sosial, sejauh menyangkut hubungan antara manusia dg manusia yg
berdampak pd lingkungan)
-
Berdiri sendiri, sejauh menyangkut hubungan antara manusia dg lingkungannya.
Etika individual dan
etika sosial berkaitan erat satu sama lain. Karena kewajiban seseorang thd dirinya
berkaitan langsung dan dalam banyak hal mempengaruhi pula kewajibannya thd
orang lain, dn dmk pula sebaliknya.
o Etika Profesi
Pengertian Profesi
Profesi dpt dirumuskan sbg
pekerjaan yg dilakukan sbg nafkah hidup dg mengandalkan keahlian dan
keterampilan yg tinggi dan dg melibatkan komitmen pribadi (moral) yg mendalam.
Orang Profesional adalah orang yg
melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dg
mengandalkan keahlian dan ketrampilan yg tinggi serta punya komitmen pribadi yg mendalam atas pekerjaannya itu. Atau Orang yang
profesional adalah orang yg melakukan suatu pekerjaan karena ahli di
bidang tsb dan meluangkan seluruh waktu, tenaga, dan perhatiannya untuk
pekerjan tsb.
Ciri-ciri Profesi
Ø
Adanya keahlian dan ketrampilan khusus
Ø
Adanya komitmen moral yg tinggi
Ø
Biasanya orang yg profesional adalah orang yg hidup dari profesinya
Ø
Pengabdian kepada masyarakat
Ø
Pada profesi luhur biasanya ada izin khusus untuk menjalankan profesi tsb.
Ø
Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi profesi
Prinsip-prinsip Etika Profesi
ü
Prinsip Tanggung Jawab
·
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya
·
Bertanggung jawab atas dampak profesinya ini terhadap kehidupan orang lain,
khususnya kepentingan orang-orang yg dilayani.
·
Bentuk : mengganti kerugian, pengakuan jujur dan tulus secara moral sbg
telah melakukan kesalahan, mundur dari jabatan dsb.
ü
Prinsip Keadilan
Prinsip
ini terutama menuntut orang yg profesional agar dlm menjalankan profesinya ia
tdk merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya orang-orang yg
dilayani dalam rangka profesinya
ü
Prinsip Otonomi
Prinsip
yg dituntut oleh kalangan profesional thd dunia luar agar mereka diberi
kebebasan sepenuhnya dlm menjalankan profesinya. Karena hanya kaum profesional
ahli dan terampil dlm bidang profesinya, tdk boleh ada pihak luar yg ikut
campur tangan dlm pelaksanaan profesi tsb
Batas-batas prinsip otonomi :
·
Tanggung jawab dan komitmen profesional (keahlian dan moral) atas kemajuan
profesi tsb serta (dampaknya pada) kepentingan masyarakat
·
Kendati pemerintah di tempat pertama menghargai otonomi kaum profesional,
pemerintah tetap menjaga, dan pada waktunya malah ikut campur tangan, agar
pelaksanaan profesi ttt tdk sampai merugikan kepentingan umum
ü
Prinsip Integritas Moral
Prinsip
ini merupakan
tuntutan kaum profesional atas dirinya sendiri bahwa dlm menjalankan tugas
profesinya ia tidak akan sampai merusak nama baiknya serta citra dan martabat
profesinya.
o Menuju Bisnis Sebagai Profesi Luhur
Sesungguhnya bisnis bukanlah merupakan profesi,
kalau bisnis dianggap sbg pekerjaan kotor, kedati kata profesi, profesional dan
profesionalisme sering begitu diobral dlm kaitan dg kegiatan bisnis. Namun
dipihak lain tdk dapat disangkal bahwa ada banyak orang bisnis dan jg
perusahaan yg sangat menghayati pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sbg sebuah profesi. Mereka tdk hanya
mempunyai keahlian dan ketrampilan yg
tinggi tapi punya komitmen moral yg mendalam. Karena itu, bukan tdk mungkin
bahwa bisnis pun dapat menjadi sebuah profesi dlm pengertian sebenar-benarnya
bahkan menjadi sebuah profesi luhur.
Pandangan
Praktis-Realistis
ü Pandangan ini bertumpu pada
kenyataan yg diamati berlaku dlm dunia bisnis dewasa ini. Pandangan ini
didasarkan pada apa yg umumnya dilakukan oleh orang-orang bisnis. Pandangan ini
melihat bisnis sbg suatu kegiatan di antara manusia yg menyangkut memproduksi,
menjual Dan membeli barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan
ü Bisnis adalah suatu kegiatan Profit Making. Dasar
pemikirannya adalah bahwa orang yg terjun ke dlm bisnis tdk punya
keinginan dan tujuan lain selain ingin
mencari keuntungan. Kegiatan bisnis adalah kegiatan ekonomis dan bukan kegiatan
sosial. Karena itu, keuntungan itu sah untuk menunjang kegiatan bisnis. Tanpa
keuntungan bisnis tidak bisa jalan
Asumsi Adam Smith :
Dalam masyarakat modern telah terjadi pembagian kerja
di mana setiap orang tdk bisa lagi mengerjakan segala sesuatu sekaligus dan
bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya sendiri
Semua orang tanpa terkecuali mempunyai
kecenderungan dasar untuk membuat kondisi hidupnya menjadi lebih
baik.
Pandangan Ideal
ü Disebut pandangan ideal, karena dalam kenyataannya masih mrpk
suatu hal yg ideal mengenai dunia bisnis. Sbg pandangan yg ideal pandangan ini
baru dianut oleh segelintir orang yg dipengaruhi oleh idealisme ttt berdasarkan
nilai ttt yg dianutnya. Menurut pandangan ini, bisnis tidak lain adalah suatu
kegiatan diantara manusia yg menyangkut memproduksi, menjual, dan membeli
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
ü Dasar pemikirannya adalah pertukaran timbal balik
secara fair di antara pihak-pihak yg terlibat. Maka yg mau ditegakkan dlm
bisnis yg menyangkut pandangan ini adalah keadilan komutatif, khususnya
keadilan tukar atau pertukaran dagang yg fair.
ü Menurut Adam Smith, pertukaran dagang terjadi
karena satu orang memproduksi lebih banyak barang ttt sementara ia sendiri
membutuhkan barang lain yg tidak bisa dibuatnya sendiri.
ü Menurut Matsushita (pendiri perusahan Matsushita Inc di Jepang),
tujuan bisnis sebenarnya bukanlah mencari keuntungan melainkan untuk
melayani kebutuhan masyarakat. Sedangkan keuntungan tidak lain hanyalah simbol
kepercayaan masyarakat atas kegiatan bisnis suatu perusahaan. Artinya, krn
masyarakat merasa kebutuhan hidupnya dipenuhi secara baik mereka akan menyukai
produk perusahaan tsb yg memang dibutuhkannya tapi sekaligus juga puas dengan
produk tsb.
Dengan melihat kedua pandangan berbeda di atas,
kita dapat menarik kesimpulan bahwa citra jelek dunia bisnis sedikit banyaknya
disebabkan oleh pandangan pertama yang melihat bisnis sekadar sbg mencari keuntungan. Atas dasar ini,
persoalan yang dihadapi di sini adalah bagaimana mengusahakan agar
keuntungan yg diperoleh ini memang wajar, halal, dan fair. Terlepas dari
pandangan mana yg dianut, keuntungan tetap menjadi hal pokok bagi bisnis.
Masalahnya adalah apakah mengejar keuntungan lalu berarti mengabaikan etika dan
moralitas? Yang penting adalah bagaimana keuntungan ini sendiri
tercapai.
Salah satu upaya untuk membangun bisnis sbg
profesi yang luhur adalah dengan membentuk, mendukung dan
memperkuat organisasi profesi.Melalui organisasi profesi tersebut bisnis bisa dikembangkan sebagai sebuah profesi dalam pengertian sebenar-benarnya sebagaimana dibahas
disini, kalau bukan menjadi profesi luhur.
II
BISNIS DAN
ETIKA
1. Mitos Bisnis Amoral
Mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis
dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali, Etika justru bertentangan dengan bisnis dan akan
membuat pelaku bisnis kalah dalam persaingan bisnis yang ketat. Orang bisnis tidak perlu memperhatikan
imbauan-imbauan, norma-norma dan nilai moral
Argu
ü Bisnis adalah suatu persaingan, sehingga pelaku
bisnis harus berusaha dengan segala cara dan upaya untuk bisa menang
ü Aturan yang dipakai dalam permainan penuh
persaingan, berbeda dari aturan yang
dikenal dalam kehidupan sosial sehingga tidak bisa dinilai dengan aturan
moral dan sosial
ü Orang bisnis yang mau mematuhi aturan moral atau
etika akan berada pada posisi yang tidak
menguntungkan
Mitos
bisnis amoral tidak sepenuhnya benar
ü Beberapa perusahaan ternyata bisa berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen
moral tertentu
ü Bisnis adalah bagian aktivitas yang penting dari
masyarakat, sehingga norma atau nilai yang dianggap baik dan berlaku di
masyarakat ikut dibawa serta dalam kegiatan bisnis
ü Harus dibedakan antara legalitas dan moralitas
Suatu praktek atau kegiatan bisnis mungkin saja
diterima secara legal karena ada dasar hukum, tetapi tidak diterima secara
moral (monopoli?), Etika harus dibedakan dari
ilmu empiris Etika tidak mendasarkan norma atau prinsipnya pada kenyataan
faktual yang terus berulang.
Menurut Hume :dari kenyataan yang ada (is) tidak bisa ditarik sebuah perintah
normatif (ought)
contoh : sogok, suap,kolusi, monopoli,nepotisme
Berbagai aksi protes yang mengecam berbagai
pelanggaran dalam kegiatan bisnis menunjukkan bahwa bisnis harus dijalankan
secara baik dan tetap mengindahkan norma-norma moral
2. Keutamaan Etika bisnis
a)
Dalam
bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang
profesional di bidangnya, Perusahaan yang unggul bukan
hanya memiliki kinerja dalam bisnis,manajerial dan finansial yang baik akan
tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik
b)
Dalam
persaingan bisnis yang sangat ketat,maka konsumen benar-benar raja
Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan
citra bisnis yang baik dan etis
c) Dalam sistem pasar terbuka
dengan peran pemerintah yang menjamin kepentingan dan hak bagi semua pihak,
maka perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis
d) Perusahaan modern sangat menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang
harus dieksploitasi demi mendapat keuntungan
e) Kenneth Blanchard dan Norman
Vincent Peale: “perlakuan yang baik terhadap karyawan telah menaikkan
keuntungan perusahaan sebesar 20% atau telah menurunkan harga produk perusahaan
tersebut sebesar 20%
3. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
a)
Etika
bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya
secara baik dan etis
b)
Untuk
menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat
luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek
bisnis siapapun juga
c)
Etika
bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis
4. Prinsip - prinsip Etika Bisnis
a)
Prinsip
otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran sendiri tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
Orang yang otonom adalah orang yang bebas mengambil keputusan
dan tindakan serta bertanggung jawab
atas keputusan dan tindakannya tersebut
b)
Prinsip
Kejujuran
ü Kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak
ü Kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan
mutu dan harga sebanding
ü Kejujuran dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan
c)
Prinsip
Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan
secara sama sesuai dengan aturan yang
adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional objektif dan dapat
dipertanggung jawabkan
d)
Prinsip
Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa
sehingga menguntungkan semua pihak.
Dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar
persaingan bisnis haruslah melahirkan suatu win-win solution
e)
Prinsip
Integritas Moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri
pelaku bisnis atau perusahaan agar dia menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baiknya atau nama baik perusahaan
5. Prinsip Utama Etika Bisnis
Prinsip
utama menjaga etika bisnis adalah harus menjadi pebinis yang baik. Prinsip
moral menjadi orang baik itu banyak. Banyak yang menjadi kesepakatan umum,
Artinya, yang memenuhi prinsip moral untuk komunitas yang lebih besar. Dalam
dunia bisnis, ada beberapa prinsip moral utama agar menjadi pebisnis yang baik.
Pertama, Kejujuran.
Ini ad alah landasan dari kepercayaan, kepercayaan adalah landasan dari bisnis
yang sehat. Salah satu figure yang jelas adalah Nabi Muhammad SAW yang menjadi
pedagang yang maju karena menjunjung tinggi kejujuran.
Kedua, taat kepada
hukum dan aturan di suatu negara. Ini perlu dipenuhi, salah satunya adalah
membayar pajak.
Ketiga, bersedia
untuk berbagi. Meski ada persaingan, tidak berarti harus saling menuduh. Menang
dalam bisnis, bukan berarti membunuh lawan.
Keempat, menjaga
lingkungan hidup. Jika pebisnis peduli pada bisnisnya, maka mereka harus peduli
pada lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Sebab itu menyangkut generasi
yang akan datang.
6. Etos Kerja
Etos kerja dapat
diartikan sebagai konsep tentang kerja yang diyakini seseorang atau
sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudkan melalui perilaku
kerja. Etos kerja berhubungan dengan beberapa hal, seperti:
1.
Orientasi ke
masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, baik waktu, kondisi
untuk ke depan agar lebih baik dari kemarin
2.
menghargai
waktu dengan adanya disiplin waktu merupakan hal yang sangat penting guna
efesien dan efektivitas bekerja
3.
Tanggung jawab,
yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan sesuatu yang
harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan
4.
Hemat dan
sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup boros, sehingga bagaimana
pengeluaran itu bermanfaat untuk kedepan
5.
Persaingan
sehat, yaitu dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak mudah patah
semangat dan menambah kreativitas diri.
7. Realisasi Moral Bisnis
Tiga pandangan yang dianut, yaitu:
a. Norma etis berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.
b. Norma sendirilah yang paling benar dan tepat.
c. Tidak ada norma moral yang perlu diikuti sama sekali.
8. Pendekatan stakeholder
ü Cara
mengamati dan menjelaskan secara
analitis bagaimana berbagai unsur akan
dipengaruhi dan juga mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis
ü Memetakan hubungan-hubungan yang terjalin
ü Pendekatan Stakeholder dalam kegiatan bisnis pada umumnya untuk memperlihatkan siapa saja yang
mempunyai kepentingan, terkait, dan terlibat dalam bisnis itu
ü ”Bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak
dan kepentingan semua pihak terkait yang berkepentingan (stakeholders) dengan
suatu kegiatan bisnis harus bisa dijamin, diperhatikan dan dihargai” (disebut
tujuan imperatif)
ü Bermuara pada prinsip minimal : menuntut agar
bisnis apapun perlu dijalankan secara baik dan etis demi menjamin kepentingan
stakeholder
Kelompok
stakeholders:
1. Kelompok primer. Pemilik
modal atau saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing
atau rekanan. Perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan
kelompok ini
2.
Kelompok
sekunder. Pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa,
kelompok pendukung, masyarakat
III
ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Etika Utilitarianisme
•
Dikembangkan
pertama kali oleh Jeremi Bentham (1748 -1832).
•
Adalah
tentang bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik,
ekonomi dan legal secara moral.
1. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
ü Pertama, MANFAAT
ü Kedua, MANFAAT TERBESAR
ü Ketiga, MANFAAT TERBESAR BAGI SEBANYAK MUNGKIN
ORANG
Bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu
itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang.
2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
ü
Pertama, Rasionalitas.
ü
Kedua, Utilitarianisme sangat menghargai kebebasan
setiap pelaku moral.
ü
Ketiga, Universalitas.
3. Utilitarianisme sbg proses
dan sebagai Standar Penilaian
ü
Pertama, etika utilitarianisme digunakan sbg proses
untuk mengambil keputusan, kebijaksanaan atau untuk bertindak.
ü
Kedua, etika utilitarianisme sebagai standar
penilaian bagi tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan.
4. Analisis Keuntungan dan
Kerugian
Dalam Etika
Utilitarianisme, manfaat dan kerugian selalu dikaitkan dg semua orang yg
terkait, shg analisis keuntungan dan kerugian tidak lagi semata-mata tertuju
langsung pd keuntungan bagi perusahaan.
Analisis keuntungan dan kerugian dalam kerangka
Etika bisnis:
ü
Pertama, keuntungan dan kerugian, cost and
benefits, yg dianalisis tidak dipusatkan pd keuntungan dan kerugian perusahaan.
ü
Kedua, analisis keuntungan dan kerugian tidak
ditempatkan dlm kerangka uang.
ü
Ketiga, analisis keuntungan dan kerugian untuk
jangka panjang
Langkah konkret yang perlu diambil dalam membuat
kebijaksanaan bisnis , berkaitan dg Analisis keuntungan dan kerugian :
ü
Mengumpulkan dan mempertimbangkan alternatif
kebijaksanaan dan kegiatan bisnis sebanyak-banyaknya.
ü
Seluruh alternatif pilihan dalam analisis
keuntungan dan kerugian, dinilai berdasarkan keuntungan yg menyangkut aspek-aspek
moral.
ü
Analisis Neraca keuntungan dan kerugian perlu
dipertimbangkan dalam kerangka jk panjang.
5. Kelemahan Etika
Utilitarisme
ü
Pertama, manfaat merupakan konsep yg begitu luas
shg dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yg tidak sedikit
ü
Kedua, etika utilitarisme tidak pernah menganggap
serius nilai suatu tindakan pd dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai
suatu tindakan sejauh berkaitan dg akibatnya.
ü
Ketiga, etika utilitarisme tidak pernah menganggap
serius kemauan baik seseorang
ü
Keempat, variabel yg dinilai tidak semuanya dpt
dikualifikasi.
ü
Kelima, seandainya ketiga kriteria dari etika
utilitarisme saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dlam menentukan
proiritas di antara ketiganya
ü Keenam, etika
utilitarisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi
kepentingan mayoritas
Sumber
ashur.staff.gunadarma.ac.id
http://nasional.kompas.com/read/2010/07/27/12232585/Wapres.Resmikan.Fortune.Indonesia
http://irnawatiindah.blogspot.com/2013/10/2-bisnis-dan-etika.html